Life is a Journey Not a Destiny

Hidup memang indah, setidaknya jika kita nikmati dari dinamikanya. Ada seorang yang sukses luar biasa dalam bekerja, dan kesuksesannya dia dapatkan de ngan perjuangan panjang nan berat dan bermandikan keringat serta darah.
Tibalah pada suatu titik dimana dia harus kehilangan segalanya. Kehilangan kesuksesannya dan mengembalikannya ke titik di mana dia pernah memulai segalanya.
Berminggu-minggu, berbulan-bulan, dia tenggelam dalam bergolakan batin yang tidak menentu. Dicarinya jawaban rasional dan bahkan irasional yang bisa memberikan argumentasi hilangnya kesuksesan yang pernah diraihnya.
Tapi sayang, semakin jauh dia berjalan menelusuri alam rasionya, semakin tidak ketemu penyebab kehancuran kesuksesannya. Karena kesuksesannya bertumpu pada management modern yang menuruti dalil-dalil ilmu ekonomi, sehingga menurutnya, kesuksesannya mustahil hilang.
Semakin dalam dia masuk ke jurang alam irasional, semakin buram Tuhan dari mata hatinya. Berbagai ritual dia jalani, berpuluh orang ‘pintar’ dia yakini, namun semua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan.
Pikirnya, percuma dia bersusah payah berpuluh-puluh tahun mencapai puncak kesuksesan, kalau sekarang dia akan kembali seperti semula, kembali dari nol.
Dan berpuluh-puluh tahun itu…? Sia-sia!
Kelelahan perjalanan spiritualnya, mengantarkan pada pencarian kambing hitam yang merupakan penanggung jawab dari kehancuran kesuksesannya. Tuhan, begitu pikirnya dengan sedikit emosi, Dialah yang menghendaki. Tapi kenapa? Dosa apakah yang diperbuatnya sehingga hidupnya kembali ke titik nadir?
Kesimpulannya terhenti, dengan Tuhan sebagai ‘tertuduh’ utama.
Hidupnya dihabiskan dengan keluar dari rutinitas dan mulai meninggalkan tugas dan kewajibannya sebagai kepala keluarga dan warga masyarakat.
Hingga suatu hari ketika dia sedang merenungi nasibnya di pinggiran sungai. Dia memperhatikan secara berulang-ulang, daun-daun kering yang terbawa arus sungai. Daun-daun itu terbawa arus tanpa bisa melawan, terantuk batu tanpa menghindar, timbul-tenggelam tanpa daya, untuk selanjutnya sampai ke laut dan hilang entah kemana. Menelusuri daun-daun tersebut mengarungi arus sungai dengan segala likunya dan timbul-tenggelamnya, sangatlah indah. Benar-benar sebuah perjalanan panjang dan indah untuk dinikmati. Bahkan banyak orang berarung jeram hanya untuk sekedar menikmati apa yang daun kering itu nikmati.
Berulang ia mencermati daun-daun itu, dan sadarlah ia, bahwa ia tak ubahnya seperti daun kering tersebut yang sebenarnya mengalami perjalanan hidup begitu indah dengan segala arus derasnya, dengan segala pusaran airnya, dengan segala timbul tenggelamnya, dan dengan segala batu-batu yang siap menghadangnya. “Maafkan aku Tuhan, aku sudah su’udzon kepada Mu” gumamnya lirih.
Demikianlah indahnya perjalanan hidup yang harus selalu dinikmati apapun keadaannya.

Repost: Blog Abang Saya

This entry was posted in Motivasi, Tulisan Bebas and tagged , by ameermuh. Bookmark the permalink.

About ameermuh

Seorang manusia biasa yang ingin selalu belajar dalam segala hal dan menjadikan hidup ini sebuah proses, proses pendewasaan, proses pembelajaran dan proses kehidupan. Kini aku masih selalu berharap agar Allah selalu menjadikan aku makhluk yang rendah hati, baik, jujur dan selalu berada di jalan yang benar.

6 respons untuk ‘Life is a Journey Not a Destiny

Tinggalkan komentar